Bernilai Jual Tinggi, PTPN VII Ekspor Belatung ke Belanda
VIVA SUMSEL.COM, Palembang – PT Perkebunan Nusantara (PTPN) terus melakukan perluasan usaha. Kali ini, PTPN VII sudah mulai melakukan pengembangan usaha, yakni budidaya belatung atau larva lalat.
Siapa yang menyangka belatung atau larva lalat ternyata bernilai jual sangat tinggi. Bahkan, bisa diekspor ke Belanda sebagai pakan substitusi dan tambahan untuk hewan ternak.
Direktur PTPN VII, Muhammad Hanugroho mengatakan, belatung atau maggot yang dihasilkan untuk nantinya dikeringkan ini, bukan berasal dari lalat biasa. Melainkan dari lalat tentara hitam atau Black Soldier Fly (BSF).
“Karena itu, sekarang kita sudah mulai budidaya BSF. BSF ini ada yang makan sampah organik, ada yang makan bungkil kelapa sawit. Kalau yang makan sampah organik, larvanya akan menjadi bahan baku pupuk cair maggots (PCM), sedangkat yang makan bungkil kelapa sawit, larvanya untuk bahan baku pet food (makanan hewan),” ujarnya, Jumat (8/11).
Untuk diketahui, harga maggot yang diekspor senilai 4 dolar AS per kilogram. Dia menambahkan, larva yang dihasilkan BSF ini berbeda dengan larva lalat hijau.
“Karena ini, makannya sampah organik dan bungkil kelapa sawit. Kalau lalat biasa itu makannya sampah biasa. Proses produksi dari telur lalat menjadi larva memakan waktu selama 14 hari. Kalau, lebih dari 14 hari maka akan kembali menjadi lalat. BSF yang mati itu dijadikan pakan ikan lele,” bebernya.
Untuk pabriknya sendiri, sambung Hanugroho, rencananya akan dibangun di Musi Landas, Banyuasin dengan kapasitas 60 ton perbulan.
“Ini untuk larva yang menjadi bahan baku pupuk cair maggots. Tapi, kalau yang untuk pet food, lokasinya masih kita bahas,” ungkapnya. (anz)
There are no comments at the moment, do you want to add one?
Write a comment