Viva Sumsel

 Breaking News

Stop Kurikulum ‘Nukang’, Bangun Project e-Learning di Polsri Palembang

Stop Kurikulum ‘Nukang’, Bangun Project e-Learning di Polsri Palembang
Maret 18
07:52 2022

VIVA SUMSEL.COM, PALEMBANG–Dirjen Vokasi Kemenristekdikti RI, Wikan Sakarianto, ST, MSc, P.Hd sangat tidak sependapat jika kampus atau lembaga perguruan tinggi hanya menciptakan mahasiswa yang pandai ‘Nukang’ atau mahasiswa yang hanya pandai bekerja tanpa mau berpikir atau mencermati dan belajar untuk membangun pekerjaan besar.

“Stoplah kurikulum “Nukang” . Tahukan Tukang itu, mereka hanya bisa bekerja tanpa bisa membangun ekosistem secara lengkap dan detail yang melibatkan banyak orang dengan hasil yang besar. Jika mahasiswa hanya disuguhi pola seperti itu terus, Indonesia bakal jalan ditempat. Mandek tanpa kelahiran pengusaha atau enterpreneur sejati, “ucap Wikan, belum lama ini saat menjadi pembicara di hadapan para dosen dan tenaga pendidikan di kampus Politeknik Negeri Sriwijaya (Polsri) Palembang.

Wikan hadir ke Palembang dalam rangka memberikan penilaian penerapan program Vokasi yang diberlakukan pada lembaga Perguruan Tinggi di Sumsel termasuk melihat pola penerapan pendidikan Vokasi di sekolah-sekolah menengah keatas di Sumsel. Dirinya juga melakukan penilaian atas program Matching Plan yang sudah berjalan di Polsri, termasuk memberikan role pembiayaan dari Kemenristekdikti RI untuk pengembangan program Matching Plan yang sudah dua tahun berturut-turut dilaksanakan di Polsri. Dimana pada dua tahun sebelumnya, Polsri diberikan bantuan dana untuk pengembangan program Vokasi matching plan sebesar Rp 500an juta, lalu Naik pada tahu lalu sebesar Rp 700an juta dan tahun ini, rencananya akan digulirkan kembali sebesar Rp 900an juta.
“Bantuan dana untuk pengembangan Vokasi matching plan untuk kampus dan institusi pendidikan di Indonesia ini memang sangat besar, capai ratusan miliar dan Polsri adalah salah satu lembaga yang ikut melakukan pengembangan matching plan ini, makanya kita lakukan evaluasi, kalau memang program yang sudah jalan masih bisa kita kembangkan, mengapa tidak akan kita maksimalkan terus, “ucap Wikan.

Wikan juga menjabarkan paradigma kurikulum Nukang masih banyak terjadi pada beberapa lembaga perguruan tinggi. Artinya pendidikan Vokasi, menurutnya, jangan hanya menciptakan tukang namun lebih kepada mencetak pengusaha, menciptakan calon enterpreneur, calon pemimpin dan calon problem solved yang juga bisa nukang alias menukangi pekerjaan yang melibatkan lebih banyak orang dengan keuntungan sistem yang besar pula.

“Jangan sampai tukang itu tidak punya cita-cita. Tukang yang hanya bisa bekerja saja tanpa bisa berpikir dan mencermati untuk bisa menjalankan proyek atau kegiatan usaha yang lebih besar dan kompleks,” katanya.

Makanya dia merumuskan pola kurikulum yang dianggapnya lebih tepat di lingkungan diploma tiga perguruan tinggi, seperti pada semester I hingga semester IV fokus pembelajaran mahasiwa lebih ditekankan pada hal-hal materi pokok tentang ilmu pasti untuk persiapan ke lapangan atau praktek. Jadi detail apapun yang wajib dipahami dan diketahui, harus diajarkan secara rinci.

“Ibarat kita akan menembak peluru dengan senjata khusus. Jadi sebagai pelurunya seorang mahasiswa wajib dibekali amunisi yang mumpuni, ketika peluru siap dilesatkkan atau ditembakan langsung bisa tertuju pada sasaran yang tepat. Pola ini diberikan pada semester I hingga semester IV, “urai Wikan.

Selanjutnya diatas semester IV, para mahasiswa harus dilibatkan dan diberikan tanggung jawab untuk project atau proyek besar yang melibatkan satu perusahaan. Pada fase inilah, dibutuhkan peran dan keterlibatan para dosen agar mahasiswa bisa mengerjakan project hingga mampu berenterprenuer serta menghasilkan keuntungan untuk memperkuat kebanggaan mahasiswa itu sendiri.

“Mereka yang ahli teknis untuk pengerjaan desain teknis bisa difokuskan pada pengejaan CNC mesin-mesin bubut, lalu mereka yang ahli marketing dari jurusan akuntansi bisa dilibatkan untuk penghitungan untung, pengelolaan biaya yang tepat hingga manejerial marketing dalam skala perusahaan yang sesungguhnya. Peran Dosen disini wajib kuat untuk menyelami setiap skil para mahasiswa sehingga mereka secara dini sudah terbiasa hidup dan berinteraksi dalam skala perusahaan sesungguhnya. Ini maksud saya matching e-Learning yang sesungguhnya itu,”urai Wikan.

Untuk di Polsri Palembang, Wikan melihat pola matching e-Learning sudah berjalan baik, namun maintence dan penerapannya memang harus lebih dimaksimalkan lagi.

Sementara Direktur Polsri, Dr Takwa mengaku program matching plan e-Learning kurikulum yang sudah diterapkan di Polsri sudah mampu membawa perubahan sistem pembelajaran mahasiswa. Bahkan saat ini, lanjut dia, sudah banyak sekali perusahaan yang dilakukan kerjasama dalam rangka praktek kerja hingga membangun inkubator bisnis yang real oleh mahasiswa.

“Sudah jalan dan memang program matching e-Learning ini kita lakukan sangat lengkap dan kompleks, sekaligus mengajak para mahaisiswa kita untuk terlibat dalam project skala besar melalui penciptaan produk-produk yang inovatif tentunya, ” katanya. (Anz)



About Author

redaksi Viva Sumsel

redaksi Viva Sumsel

Related Articles

0 Comments

No Comments Yet!

There are no comments at the moment, do you want to add one?

Write a comment

Only registered users can comment.

Email Subcribers

Loading

MEDIA PATHNER

Banner Partnership

BANNER PARTNERSHIP

MARHABBAN YA RAMADHAN

Kalender

Maret 2022
S S R K J S M
« Feb   Apr »
 123456
78910111213
14151617181920
21222324252627
28293031  

Banner PARTNERSHIP

Karir Pad Widget