Wanita Usia Produktif Lebih Rentan Terserang Myastenia Gravis
VIVA SUMSEL.COM, Palembang – Yayasan Myastenia Gravis Indonesia (YMGI) bersama Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Palembang, menyelenggarakan Sosialisasi untuk memberikan pengetahuan terkait gejala dan penanganan terhadap penderita Penyakit Myastenia Gravis.
Acara yang terlaksana di Ballroom VIP Rumah Makan Sri Melayu pada Sabtu (8/12/2018) dengan mengangkat tema “Mengenal Myastenia Gravis” tersebut di hadiri Dr.H.M.Hasnawi Haddani , Sp.S (Bagian Spesialis Saraf), Dinas Kesehatan, Pendiri YMGI Ramadhani Wulandiani dan ,Anggota Myastenia Gravis (MG) se-Sumatera Selatan.
Dr. Hasnawi menjelaskan penyakit Myasthenia Gravis (MG) ini adalah penyakit autoimun yang mengenai persimpangan saraf dan otot (neuromusscular Junction). Manifestasi MG yang terlihat jelas adalah kelemahan otot setelah dipakai dan otot berangsur kuat setelah penderita beristirahat.
“Myasthenia Gravis secara spesifik terjadi pada otot yang dikontrol secara sadar, seperti otot mata ,otot leher, otot pernafasan, otot menelan, otot yang mengatur ekspresi wajah,otot bahu, otot punggung,otot leher dan otot tangan dan kaki, karena keseluruhan permukaan tubuh manusia di balut jaringan otot maka gejalah kelemahan otot yang terjadi bisa bervariasi,”ujarnya.
Pada penyakit autoimun, antibodi yang seharusnya menjadi pertahanan tubuh terhadap infeksi melakukan kesalahan dengan menyerang diri sendiri. Dalam kasus MG tubuh menghasilkan antibodi yang menyerang perantara saraf dengan otot (asetilkolin) dan reseptornya yang berlokasi di persimpangan Saraf -otot .Reaksi antibodi menyebabkan asestikolin dan reseptornya dihancurkan karena dianggap sebagai benda asing sebagai akibatnya hanya sedikit sinyal dari saraf yang dapat diteruskan ke otot sehingga terjadilah kelemahan otot.
“Gejala pada MG sangat bervariasi sesuai dengan otot mana yang mengalami kelemahan, jika pada mata gejala yang timbul adalah ptosis atau kelopak mata jatuh atau berat untuk membuka mata bisa satu sisi atau dua sisi, terkadang tampak seperti orang mengantuk dan diplopia atau pandangan ganda, bila mengenai otot menelan atau otot bicara manifestasinya adalah bicara cadel (sering kali disalah artikan sebagai stroke),suara serak,sulit menelan makanan dan minuman sehingga seringkali mengakibatkan penurunan berat badan dan kekurangan gizi, bila mengenai otot tangan dan kaki maka penderita akan merasakan berat untuk mengangkat tangan, sulit berdiri apalagi berjalan, bila kelemahan mengenai otot nafas seperti otot tenggorokan, dada dan diafragma dapat terjadi nafas berat dan sesak nafas,”ungkapnya.
Menurut Dr.Hasnawi, MG dapat menyerang siapa saja umumnya MG menyerang wanita usia produktif 20-40 tahun sedangkan pria diusia 50-60 tahun dalam kasus ini meski sangat jarang terjadi anak-anak juga dapat terkena MG akibat kelainan genetika.
“Harapan kita melalui gathering ini kita dapat memberikan pemahaman dan pengetahuan bagi penderita MG agar dapat melakukan kegiatan – kegiatan kehidupan lebih bermanfaat sehingga tidak terfokus pada penyakitnya sehingga menjalani hidup ini lebih bermanfaat untuk diri sendiri dan sesama,”pungkasnya.
Ketua Yayasan Myasthenia Gravis Indonesia (YPGI) Indria Sari yang didampingi pendiri YPGI Ramadhani Wulandiani menyampaikan kegiatan yang terlaksana ini sebagai bentuk mensosialisasikan untuk memberikan pengetahuan terkait gejala dan penanganan terhadap penderita Penyakit Myastenia Gravis (MG).
“Saat ini jumlah pasien MG yang tercatat dalam data Yayasan Myasthenia Gravis Indonesia (YMGI) ada sekitar 528 anggota sampai saat ini , namun masih banyak kasus-kasus MG yang belum terdiagnosa karena minimnya informasi mengenai penyakit ini selain itu belum banyak tenaga medis baik dokter maupun perawat yang cukup memahami Myasthenia Gravis,”ujarnya.
“MG adalah penyakit Autoimun atau yang disebut penyakit serpihan salju karena gejalanya berbeda-beda pada setiap orang , penyakit ini merupakan persimpangan saraf dan otot, MG dapat menyerang otot yang dikontrol secara sadar diantaranya otot mata, otot pernafasan, otot menelan, otot wajah, otot leher,bahu,punggung , tangan dan kaki. Gejala bervariasi MG yaitu kelooak mata tidak dapat dibuka penuh atau tidak dapat ditutup, pandangan mata sering kali bola mata tidak dapat bergerak, lidah kaku sehingga bicara cadel dan sulit menelan, kesulitan mengangkat tangan dan kaki kesulitan berdiri atau tersenyum, mudah lelah dan letih berkepanjangan dan sesak nafas,”ungkapnya.
MG yang ada pada tubuh penderita akan menghancurkan sel saraf pada otot. Kondisi ini akan menyebabkan komunikasi antar saraf terputus karena kinerjanya terhambat oleh antibodi tubuh. Inilah yang menyebabkan penderita MG ototnya melemas dan jadi mudah lelah.
Seperti penyakit auto imun lainnya, penyakit MG tidak dapat disembuhkan. Namun, gejalanya bisa dikurangi dengan terapi, operasi, dan obat-obatan. Terutama mengendalikan kelemahan ototnya.
Mengenai Gathering yang terlaksana ini ketua YMGI Indria menyampaikan bahwa suatu bentuk Pengabdian Pada Masyarak dan bertujuan untuk mendukung dan menyemangati para penderita Myasthenia Gravis (MG) disini para MGer yang tergabung dapat bertukar pengalaman dan informasi serta tips dalam menghadapi MG dikehidupan sehari-hari, harapan kedepan Myasthenia Gravis ini lebih diketahui sampai ditingkat masyarakat,
“Untuk masyarakat atau kawan-kawan penderita MG yang ingin bergabung di Yayasan Myasthenia Gravis Indonesia (YMGI) sebagai sarana informasi bisa mendaftar atau browsing melalui online di media Sosial seperti di FB Yayasan Myasthenia Gravis Indonesia Twitter @yayasanMGI dan www.ymgi.or.id,”ulasnya.
Peserta yang tergabung dalam Yayasan Myasthenia Gravis Indonesia (YMGI) saat mengikuti acara gathering MG, Aswin Arianto menyampaikan dengan kegiatan ini dirinya dapat pengetahuan terkait gejala dan penanganan terhadap penderita Penyakit Myastenia Gravis.
“Penyakit MG ini bisa terbilang sangat langkah tapi kita sebagai penderita menganggap ini adalah suatu cobaan bagi kita untuk berbenah,”paparnya.
Aswin berharap ada tindak lanjut yang nyata dan terarah sehingga manfaatnya dapat dirasakan oleh para MGers (sebutan bagi pasien Myasthenia Gravis) di Sumatera Selatan dan sekitarnya.
Sedangkan Edi Suhardi yang juga mengidap penyakit MG sudah 6 tahun ini menyampaikan dengan terlaksananya kegiatan gathering ini menjadi sarana informasi dalam menjembatani mengenai penyakit MG tersebut.
“Mudah-mudahan kegiatan ini dapat terus terlaksana karena sangat membantu kami untuk lebih mengetahui dan berbagi pengalaman dalam mengatasi penyakit Myasthenia Gravis,”pungkasnya.(Ali)
There are no comments at the moment, do you want to add one?
Write a comment