Bagindo Togar : LRT Jangan Jadi Komoditas Kritik Politik
VIVA SUMSEL.COM, Palembang – Bagindo Togar Butar Butar selaku pengamat politik Sumatera Selatan (Sumsel) memberikan komentar terkait pernyataan calon presiden Prabowo Subianto saat berkampanye di hadapan massa para alumni Perguruan Tinggi dua hari lalu (26/1) di Jakarta, yang menyebutkan bahwa Projek angkutan massal perkotaan Light Rail Train ( LRT) itu Boros biaya dan nyaris tak tercapai tujuan pembangunannya.
Bagindo Togar, selaku Direktur Eksekutif Forum Demokrasi Sriwijaya( FORDES), menuturkan sepertinya memang benar, apalagi didukung oleh statement Wakil Presiden Jusuf kala beberapa hari sebelumnya. Sesungguhnya pernyataan tersebut tidak mengejutkan bagi masyarakat daerah Sumatera Selatan, terkhusus warga Kota Palembang, tatkala Projek ini dimulai akhir 2015 kemarin.
“Kita sudah skeptis serta pesimis atas urgensi juga utilitasnya bagi peningkatan prasarana Infrastruktur Transportasi Umum perkotaan didaerah,” katanya saat jumpa pers di Jln Sumpah Pemuda Palembang, Senin (28/1).
Lanjut Bagindo, hingga saat ini hampir setengah tahun tak signifikan, animo masyarakat untuk menggunakan secara rutin maupun massif untuk memakai angkutan LRT ini. Cuma sekedar mencoba dan masyarakat luar daerah tengah berliburan di kota Palembang yang antusias menaikinya, bak para wisatawan lokal ketika berkeliling areal wisata menggunakan LRT Taman Mini Indonesia Indah Jakarta timur.
” Lucu juga miris melihatnya, Proyek bernilai belasan Triliniuan Rupiah, sia-sia tak sesuai dengan peruntukannya. Tiga tahun lalu, nyaris tak satupun media bersedia mengungkapkan kegelisahan dan kritik publik ketika Projek ini akan dimulai, apalagi Gubernur saat itu , Alex Nurdin begitu luarbiasanya membanggakan manfaat & tujuan beroperasinya pembangunan LRT ini,” ulasnya
Disisi lain, tanpa mencoba menyerap aspirasi Publik, juga kajian akademik para ahli dibidang Transportasi maupun Sosiolog Perkotaan. Penyerapan Anggaran dari pusat berjumlah besar dianggap kesempatan langka, berakibat seperti sekarang ini, bahkan diprediksikan akan masih berlangsung hingga 7 tahun kedepan.
Lanjut Bagindo, Pertanyaannya, akan menjadi beban APBN atau APBD kah terkait keberadaan plus Operasional LRT di Kota Palembang ini ?.
“Semua telah terjadi, Padi telah berubah menjadi kerak nasi, rakyat butuh solusi , bagaimana menyelamatkan Fungsi ideal atau Nasib LRT diKota ini,” ujarnya
Untuk itu, Bagindo menjelaskan, Bukan cuma dengan meratapi atau bahkan menjadikannya sebagai Komoditas kritik politik Kampanye antar pihak yang tengah “Rebutan” simpati para pemilih. Dimana sejatinya kegagalan tujuan pembangunan projek LRT ini, sepenuhnya bukan berasal dari Pemerintah Pusat.
” akan tetapi disebabkan oleh tafsir, paham, gengsi dan kepentingan oleh Elite pejabat daerah yang jauh dan sangat berjarak, dengan keinginan maupun kebutuhan masyarakat dari beragam elemen masyarakat Sumatera Selatan, yang tersebar di 17 Kab/ kota,” jelasnya
Tidak hanya LRT, Projek Jalan Tol & pembangunan plus pengembangan Komplex Olah raga JSC, juga tak sejalan dengan aspirasi masyarakat lokal/ domestik. Para Tokoh Pemerintahan maupun Masyarakat Sumsel, sepertinya dituntut oleh mengasah ketajaman intuitif serta keintelektualannya ketika merumuskan keputusan juga kebijakan Pembangunan yang berbasis pada harapan dan Kebutuhan Publik, bukan untuk kepuasan sekelompok elite.
Sementara itu, Panjang lintasan LRT Palembang sekitar 23,5 km, dengan biaya pembangunan hampir sekitar Rp 12 T, fantastis memang, tapi jauh dan tak sebanding dengan tujuan juga kemanfaatannya. Perlu diketahui bahwa jumlah penduduk Kota ini adalah lebih kurang 1,8 juta jiwa, belum mencapai 2 juta apalagi 5 Juta jiwa.
” Biasanya, Moda angkutan massal seperti LRT ini dioperasionalkan di Kota kota penduduknya sangat padat, dinamis serta bermobilitas tinggi. Bahkan, kaum kelas menengah profesionalnya telah dominan, maka mereka akan sangat tergantung pada moda transportasi cepat untuk mencapai pusat pusat kegiatan ekonomi dari kediaman masing masing,” ungkapnya
Seelain itu, Realitas serta pola aktifitas sosial ekonomi publik Kota ini, masih belum seperti itu, masih banyak variabel atau instrumen antara harus dipersiapkan untuk menuju kondisi seperti yang dibayangkan oleh Para elite atau tokoh daerah ini.
” Mari Kita bayangankan, bila anggaran belasan atau puluhan triliunan rupiah tadi digunakan untuk peningkatan kwalitas dan kuantitas infrastruktur jalan di seluruh pelosok provinsi ini, jembatan, revitalisasi sungai sungai dan sistem drainase, subsidi pupuk bagi perkebunan rakyat, stimulasi industri kreatif maupun kerajinan masyarakat lokal, bea siswa pendidikan tinggi, membangun sentra sentra pelayanan kesehatan yang modern bagi masyarakat dan banyak lagi,” tuturnya
Selain itu, Bukankah rakyat akan lebih bangga dan bahagia akan ragam kebijakan pembangunan yang sangat terasa manfaat kesejahteraannya itu?.
Selanjutnya, bagaimana kita untuk sigap untuk meluangkan waktu bersama membedah keberadaan LRT Kota ini, agar mampu menemukan konsep strategis yang kelak memberi kontribusi efektif bagi Operator LRT, paling tidak mengurangi resistensinya terkait beban pembiayaan fungsional yang akan yang mengganggu pos anggaran pembangunan pemerintah lain, serta dapat sesuai dengan tujuan sebenarnya.
Menurutnya, Tambah Bagindo, misalnya 5 tahun kedepan, segera realisasikan tambahan pembangunan jembatan penghubung wilayah Ulu dan Ilir Kota ini, dan tutup jembatan Ampera bagi perlintasan kendaraan umum dan pribadi, kecuali pejalan kaki, bersepeda atau sejenisnya, tentu saja Kukuhkan Jembatan Ampera berikut Sungai Musi sebagai Icon Utama wisata serta Landmark menarik yang membanggakan warga kota ini. Mungkin juga, Pemakai Jasa Transportasi LRT akan mengalami Peningkatan secara signifikan, Semoga saja, tukasnya (DNK)
There are no comments at the moment, do you want to add one?
Write a comment