Viva Sumsel

 Breaking News

Makin Ikoniknya Malioboro dan Tenggelamya Pedestrian Sudirman

Makin Ikoniknya Malioboro dan Tenggelamya Pedestrian Sudirman
September 29
10:45 2025

VIVA SUMSEL.COM, YOGYAKARTA – Yogyakarta identik dengan kota budaya, kota pelajar dan sebagai salah satu tujuan utama destinasi wisata selain Bali.

Sektor pariwisata menjadi pendukung utama Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan menyumbang sekitar 10 persen dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Yogyakarta (kajian Word Bank 2021).

Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakata terus membangun energi postiif dunia pariwisata, berbagai inovasi menyentuh kawasan wisata sebagai upaya menjadikan magnet daya bagi tarik wisatawan baik domestik maupun mancanegara.

Salah satu sentuhan yang telah dilakuan adalah dengan penataan kawasan Malioboro, trotoar menjadi luas sehingga terciptanya pengembangan sistem pejalan kaki yang lebih berkualitas di area pedestrian.

Pedagang Kaki Lima (PKL) yang sebelumnya menempati areal trotoar akhirnya direlokasi di teras Malioboro meskipun awalnya terdapat penolakan

Mereka kini mendiami eks lahan bioskop Indra dan bekas kantor Dinas Pariwisata Yogyakarta.

Pemerintah setempat juga memberlakukan car free day pada moment hari hari tertentu. para pelaku-pelaku seni pun menjadi lebih leluasa berkreasi.

Kini kawasan Malioboro terlihat lebih ramah pejalan kaki sejak dikeluarkanya peraturan Gubernur tanggal 26 Januari 2022, Wisatawan seolah dimanjakan dengan suasana pedestrian Malioboro, Pemerintah daerah berharap perubahan kecil ini dapat membawa dampak luas bagi perkembangan sektor pariwisata khususnya kawasan Malioboro.

Nabil, Karyawan Museum batik Yogyakarta mengatakan sebagai warga asli ia melihat pemerintah Daerah Yogyakarta tak pernah berhenti berinovasi memperkuat citra pariwisata, Sebuah langkah telah diambil dengan penertiban PKL di Malioboro.

“Kalau dulu mereka berjajar di sepanjang trotoar Malioboro, tapi kini sudah ditata ulang dengan memindahkan mereka, bukan untuk mematikan usaha mereka namun lebih kepada kenyaman wisatawan sebab PKL juga bagian dari identik ikonik Malioboro hanya saja memang perlu penataan lebih rapi lagi,”imbuhnya.

Ia sangat mendukung langkah yang diambil, imbas dari inovasi tersebut pengunjung Museum batik turut meningkat.

“Ketika kenyaman itu tercipta, maka wisatawan akan lebih leluasa mengeksplorasi tiap sudut kota ini, dari Malioboro mereka akan berpindah ke objek lain atas dasar kenyamanan dan ini dirasakan olehnya karena semakin banyak juga wisatawan menghampiri Museum Batik Yogyakarta,”ucapnya, saat ditemui di lokasi, Kamis, (25/09/2025).

 

Belajar dari Yogyakarta

Penting bagi Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang dan pelaku industri pariwisata untuk mengembangkan dan menerapkan konsep pariwisata bekelanjutan yang mengkedapankan pedestrian seperti halnya Malioboro, apalagi sebelumnya pada awal tahun 2017 lalu Walikota Palembang,waktu itu yang di jabat Harnojoyo melaunching pedestrian Sudirman namun kini pedestrian Sudirman serasa tenggelam bahkan kembali seperti biasa seolah tak pernah ada hiruk pikuk sebelumnya.

Awalnya antusiasme warga begitu besar akan tetapi perlahan lahan mulai ditinggalkan.

Kendati demikian Peluang untuk menghidupkan lagi selalu ada, Pemkot Palembang bisa mengimplementasikan seperti yang dilakukan Yogyakarta, tentu saja dengan pendekatan kultur budaya masyarakat setempat.

Adapun yang perlu dilakukan adalah upaya yang besifat komprehensip sepeti promosi serta menggandeng pelaku pelaku usaha dan pegiat seni untuk berkolabaorasi.

Titik awal pedestrian Sudirman bisa di konsep ulang mulai dari jembatan Ampera hingga kedepan pasar Cinde.

Selain itu, Pemkot juga harus memikirkan bagaimana kawasan tersebut terlihat semarak dengan adanya toko-toko yang masih buka hingga malam hari.

Disis lain, soal keamanan dan kenyaman juga harus menjadi prioritas. Kenyaman menjadi kunci peningkatan kunjungan wisata yang pada akhirnya dapat memperkuat citra pedestrian Sudirman sebagai destinasi wisata khas ala Palembang.

“Pemkot Palembang perlu membangun sebuah komitmen kuat guna menumbuhkan konsistensi, kawasan Sudirman cukup layak dijadikan pedestrian,” tenggelamnya” pedestrain itu karena tidak adanya komitmen kuat dari Pemkot mengelola sebuah konsep wisata,”tutur M.Ikhsan, seorang warga Palembang.

Ia mengatakan, belum lagi soal keamanan, kantong-kantong parkir kendaraan, operasional toko yang hanya buka sampai sore, event-event seni dan promosi yang masih ala kadarnya.

“Sebuah contoh kecil saja, di sepanjang trotoar Malioboro itu, tidak ada satupun kendaraan roda dua yang berani parkir, itu sebuah kesadaran pemilik kendaraan karena trotoar bukan untuk menaruh motor, hal kecil ini belum terbagun pada masyarakat kita, saya rasa komitmen itu bisa dimulai dari sebuah hal kecil,”kata Ikhsan yang telah beberapa kali melancong ke kota Yogyakarta.

 

Editor : Muhardi Aanz

Share

About Author

redaksi Viva Sumsel

redaksi Viva Sumsel

Related Articles

Email Subcribers

Loading

MEDIA PATHNER

REUNI UJB

BANNER PARTNERSHIP

Kalender

September 2025
S S R K J S M
« Agu   Okt »
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
2930  

Banner PARTNERSHIP