Ketum KONI Sumsel Digoyang Mosi Tidak Percaya
VIVA SUMSEL.COM, PALEMBANG – Guna menyikapi masalah silang paham di tubuh KONI provinsi sumsel saat ini, Sekum ( de facto ) M. Asrul Indrawan yang di dampingi kuasa hukumnya Mualimin Pardi Dahlan mengundang rekan Cabor dan penggiat olahraga di Sumsel untuk Berbagi pandangan dan jumpa pers, yang bertempat di Cafe Resto Hotel Swarna Dwipa Palembang, Jum’at (29, Desember, 2023).
Saat menyampaikan paparan nya di hadapan para rekan Cabor dan para penggiat olah raga di Sumsel, M. Asrul Indrawan mengatakan, terlepas dari semua itu ia merasa harga dirinya dilecehkan, dan tidak bisa diukur dengan materi.
Karena menurutnya kesepakatan itu adalah kesepakatan bersama yang terjadi di Musprovlub tersebut adalah sebuah kesepakatan yang di buat dan di harmoni kan menjadi sebuah keputusan.
Dijelaskan Asrul, pada hari itu sampai hari pelantikannya ia meyakini bahwa tidak ada kebohongan apapun namun ia menganggap dirinya merupakan sosok seorang atlet cabor beladiri yang pamtang mundur dalam meraih kemenangan.
“Itu sama saja, saya di ajak perang tapi tidak ada wasitnya kira kira analoginya seperti itu” tegas Asrul.
Lanjut Asrul menyampaikan, bahwa
Hasil Musprovlub itu harusnya dilaksanakan dengan dua cara musyawarah mufakat, namun dalam hal ini tidak terjadi musyawarah maka baru bicara voting.
Tidak ada itu calon tunggal jadi saat itu forum menyepakati bahwa dua bakal calon ini untuk bertemu berembuk dan rembukan itulah yang kemudian disampaikan di forum dan diterima oleh semua semua anggota peserta forum.
Dengan posisi komitmen Gunhar sebagai Ketum dan Sekum Asrul Indrawan, dan tidak ada bicara soal aklamasi di sini.
“Jadi saya serahkan kepada semua cabor dan para tim sukses saya yang sudah berjibaku di arena peperangan dan sampai hari ini tetap berkomitmen teguh untuk membantu bahwa ini akan di bawa keranah yang berbeda, ” katanya.
Harapan kita seorang janji laki laki itu di pegang, bukan perempuan. Semoga ini bisa menjadi pandangan untuk ketua umum KONI pusat untuk memperhatikan kondisi KONI di Sumsel.
Mudah mudahan langkah langkah dari kawan kawan bisa menghasilkan sesuatu dan kita berharap ini tidak terulang kembali pada kepengurusan KONI kedepan,” jelasnya.
Sementara Mualimin Pardi Dahlan sebagai kuasa hukum M. Asrul Indrawan menyampaikan, SK no.196 tahun 2023 tanggal 18 desember 2023 tentang susunan personalia pengurus KONI Sumsel masa bakti 2023 – 2027.
Dengan tiga alasan, “pertama, bahwa keputusan ini di luar yang di kemukakan yang dihasilkan dalam KONI Sumsel ada yang dilaksanakan waktu itu dan ini jelas-jelas pelanggaran terhadap ketentuan pasal 36 ayat 2 huruf h juncto pasal 35 ayat 2 huruf e tentang anggaran rumah tangga KONI.
Karena di situ jelas bahwa yang namanya putusan blog itu diambil dengan dua cara, pertama musyawarah mufakat dan dalam hal tidak terjadi musyawarah mufakat, maka dilakukan pemungutan suara atau voting dan jelas-jelas saat itu keputusan tentang penempatan posisi Ketum adalah Gunhar dan M. Asrul Indrawan sebagai Sekum itu adalah keputusan berdasarkan hasil kesepakatan yang dikemukakan dan disahkan dalam sidang Musprovlub KONI Sumsel.
Bahkan disetujui oleh seluruh anggota yang punya kedaulatan tertinggi terhadap keputusan KONI pusat.
“kedua alasannya adalah bahwa susunan personalia yang ada ini tidak mencerminkan adanya upaya peningkatan pembinaan prestasi atlet, jadi di antara banyak diantaranya itu adalah orang-orang yang tidak punya kompetensi, orang-orang yang tidak ahli pada bidangnya, dan ini sangat dikhawatirkan terutama oleh cabor-cabor sebagai anggota KONI yang berjibaku selama ini dalam melakukan peningkatan kerja dan program untuk peningkatan prestasi atlet.
ketiga adalah ada pelanggaran-pelanggaran lain selama proses misalnya kepanitiaan dan TPP itu tidak ada Legitimasinya, SK-nya tidak ada, itu termasuk juga kalau kita mau fair disitu itu ada soal upaya-upaya manipulasi terhadap persyaratan-persyaratan calon. Terbukti misalnya TPP itu tidak bisa menetapkan siapa calon yang memenuhi syarat bahkan itu dilempar ke forum Musprovlub.
Sepanjang anggota setuju dengan adanya kemufakatan maka itu bisa dikesampingkan, tapi kalau kemudian ini tetap maka akan kami jadikan dasar alasan-alasan penolakan.
Dari penolakan ini kami akan mengambil langkah-langkah, ada tiga langkah dengan tuntutan.
“Pertama kami meminta dengan baik-baik kepada KONI pusat agar mau meninjau ulang kekeliruan ini, itu kan juga sudah ada dalam diktum ketiga dalam keputusan SK.
SK 196 itu bahwa ketiganya itu berbunyi dalam hal keputusan ini terhadap kekeliruan terdapat kekeliruan, maka akan diperbaiki sebagaimana mestinya dalam hal ini kami tetap meminta baik-baik mengenai jalur yang yang dalam bahasa hukumnya eksekutif review yaitu review dari eksekutif atas keputusan yang dianggap salah keliru.
“Tapi dengan catatan selain soal menempatkan kembali kesepakatan posisi kepengurusan tetap susunan kepengurusan itu betul-betul mengedepankan menempatkan orang-orang yang memang ahli pada bidangnya,”imbuhnya.
Kedua, seiring sejalan dengan dengan keinginan itu kami akan mengambil upaya hukum, salah satunya sengketa hukum ke
Badan Arbitrase Keolahragaan Indonesia (BAKI), Badan Arbitrase Olahraga Indonesia (BAORI) yang itu dasarnya juga jelas dalam pasal 41 anggaran dasar karena materinya tentu terdapat pelanggaran-pelanggaran dasar anggaran rumah tangga termasuk juga perbedaan penafsiran
Adapun gugatan yang akan kita bawa ke BAORI di Jakarta kami sedang mempelajari upaya-upaya hukum lain, baik kemungkinan ada dugaan tindak pidana yang dilakukan dalam proses selama berlangsung maupun upaya-upaya ke pengadilan umum maupun pengadilan petun.
Yang ketiga itu tadi kami akan mengambil langkah-langkah mendesak atau menyatakan Mosi tidak percaya atas kepengurusan saat ini dan kita akan menggunakan ketentuan pasal 29 anggaran dasar untuk pasal 36 ayat 2 anggaran rumah tangga KONI bahwa 2/3 anggota itu punya hak untuk mengajukan dan dalam hal 30 hari tidak dilaksanakan oleh pengurus maka 2/3 anggota yang mengusulkan itu berhak menyelenggarakan secara sah dan dibenarkan.
“Diketahui sejauh ini sampai dengan per hari ini (29/12/23) sudah ada 41 dukungan dari cabor anggota KONI Sumsel yang menyatakan siap menyatakan Mosi tidak percaya dan mendorong untuk dilaksanakan Musyawarah luar biasa, ” tuturnya.
Ditempat yang sama Syapran Suprano mantan ketua harian KONI Muratara mengungkapkan, dirinya tidak membahas soal pertemuan ini tetapi lebih membahas soal proses musyawarah kemarin. Jadi proses musyawarah itu di dalam KONI harus hasil dari panitia-panitia kemudian selain panitia tim penjaringan tingkat PP ini harus di SK.
Menurut informasi yang saya dapat bahwa tkpp ini tidak ada SK artinya satu bahwa
TKPP (Tata Kelola Pelayanan Penunjang) itu tidak bisa mengeluarkan keputusan sementara tugas TKPP itu adalah menyeleksi administrasi kandidat.
Di dalam aturan itu sendiri bahwa kegiatan itu ada di Sumatera Selatan artinya seluruh berkas itu seperti SKCK pengadilan dan yang lain itu harusnya dikeluarkan oleh pengadilan setempat dan Polda setempat.
Informasi yang saya dapat salah satu kandidat itu tidak menggunakan itu, kemudian verifikasi tidak dijalankan kalau verifikasi tidak dijalankan artinya penyalahan kesalahan administrasi salah satu kandidat itu sudah cukup untuk menggugurkan si kandidat untuk maju, ” terangnya.
Kemudian tugas TKPP selanjutnya itu adalah mengumumkan hasil verifikasi, hasil verifikasi ini yang menyatakan diputuskan di dalam sidang di dalam rancangan keputusan sidang itu sah atau tidak untuk maju, jadi dari sini proses sudah menyalahi aturan.
Yang saya sangat sayangkan itu adalah KONI pusat sudah mengetahui persoalan ini, tetapi masih dikeluarkan SK-nya. kepemimpinan ini yang sudah dikeluarkan KONI pusat itu tidak sah, jadi saran saya kepada teman-teman untuk meminta dan mendesak PLT yang kemarin melakukan panitia untuk melaksanakan musyawarah ulang dan mencoret nama salah satu kandidat.
“kalau kita mengatakan Mosi tidak percaya itu artinya secara de facto teman-teman hari ini mengakui keberadaan mereka, sementara mereka itu sudah tidak sadar tidak perlu diakui sama sekali, ” tegasnya.
organisasi ini diatur di bawah undang-undang yang namanya undang-undang keolahragaan nasional yang menjadi status KONI artinya hukum positif berlaku di sini.
“Hukum positif itu harus sah secara de facto dan secara de jure kalau teman-teman mengadakan Mosi tidak percaya seperti itu, secara de jure teman-teman mengakui keberadaan salah satu kandidat yang menimbulkan polemik hari ini,” pungkasnya.
Reporter : Meriza