BI Sumsel Kembali Selenggarakan Diseminasi LPP, Bahas Potensi Pertambangan Sumsel
VIVA SUMSEL.COM, PALEMBANG – Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan (BI Sumsel) kembali menggelar Diseminasi Laporan Perekonomian Provinsi (LPP) Sumatera Selatan (Sumsel) di Ballroom Novotel Palembang, Rabu (27/3).
Kegiatan ini bertujuan sebagai media komunikasi terkait publikasi hasil kajian Bank Indonesia terhadap berbagai aspek perekonomian Provinsi Sumatera Selatan.
Kegiatan yang rutin diselenggarakan secara triwulanan ini turut dirangkaikan dengan talkshow yang mengangkat tema “Strategi dan Tantangan Memperkuat Potensi Pertambangan Sumatera Selatan Sebagai Lumbung Energi Nasional” dengan menghadirkan narasumber Kepala Biro Fasilitasi Kebijakan Energi dan Persidangan Dewan Energi Nasional, Yunus Safulhak; serta pengamat ekonomi, Josua Pardede.
Kegiatan Diseminasi LPP ini dihadiri oleh instansi Operasi Perangkat Daerah (OPD) terkait, akademisi, korporasi, perbankan, mahasiswa/i, hingga jurnalis ekonomi dan bisnis di wilayah Provinsi Sumatera Selatan.
Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan insight terkait potensi dan prospek sektor pertambangan ke depan, memberikan edukasi dan meningkatkan komitmen stakeholders terhadap penguatan sektor pertambangan di daerah, serta memperkuat upaya dan sinergi antara pemerintah dan pelaku usaha untuk mendorong pengembangan sektor pertambangan yang berdaya tahan di Provinsi Sumatera Selatan.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan, Ricky P. Gozali, menyampaikan perkembangan ekonomi Sumsel yang tumbuh kuat pada triwulan IV 2023 sebesar 4,94% (yoy), lebih baik dari Sumatera dan Nasional.
Selanjutnya, Ricky melihat isu transisi energi pasca ditandatanganinya Paris Agreement pada 2015 cukup berisiko kepada perekonomian Provinsi Sumatera Selatan.
Hal ini mengingat LU Pertambangan dan Penggalian memiliki pangsa terbesar dalam perekonomian Sumsel.
Oleh karenanya BI Sumsel mengangkat topik ini guna memperkuat upaya dan sinergi para pemangku kepentingab dalam pengembangan sektor pertambangan Sumsel ke depan.
Sejalan dengan itu, dalam talkshow Rabu sore tersebut, Josua menyebut sektor pertambangan berkontribusi sekitar 26,6% terhadap ekonomi Sumsel pada tahun 2023 dengan komoditas batu bara menjadi sub-sektor pertambangan terbesar.
“Pencapaian Net Zero Emission di tingkat global maupun di Indonesia akan memiliki dampak terhadap lanskap penggunaan energi, dimana penggunaan batu bara diprediksi akan menurun ke depan. Sumatera Selatan sebagai salah satu daerah penghasil batu bara harus dapat mempersiapkan diri terhadap peluang-peluang baru”, jelas Josua.
Lebih lanjut tren perkembangan energi terbarukan ke depan berpotensi mendorong permintaan energi yang pesat, sehingga Sumatera Selatan sebagai daerah penghasil diharapkan dapat memprhatikan tren tersebut.
Hal yang sama turut disampaikan Yunus dalam pemaparannya. Ia menyebut, dalam implementasi pengelolaan energi daerah khususnya di Sumsel, beberapa strategi perlu dilakukan diantaranya mendorong penggunaan transportasi massal yang menggunakan energi listrik seperti LRT; melakukan sosialisasi, pembinaan dan pengawasan pelaksanaan konservasi energi ke perusahaan/industri secara bertahap; mendorong pihak swasta untuk ikut serta mengembangkan energi terbarukan baik untuk memenuhi kebutuhan perusahaan maupun untuk CSR; serta melakukan kajin potensi energi baru terbarukan di Sumsel.
Laporan Perekonomian Provinsi Sumatera Selatan dipublikasikan setiap triwulan, yaitu pada bulan Februari, Mei, Agustus, dan November melalui website Bank Indonesia https://www.bi.go.id/id/publikasi/laporan/lpp/default.aspx?Kategori=sumatera%20selatan&Periode=triwulan.
Editor : Muhardi Aanz